13 March 2017

REVIEW FILM JEPANG: FLYING COLORS [2015]

Flying Colors, film jepang yang rilis tahun 2015 yang dibuat berdasarkan kisah nyata berdasarkan novel yang ditulis sendiri oleh Tsubota-sensei, guru atau tentor dalam cerita Flying Colors ini. Flying Colors setidaknya meraih 2 penghargaan untuk kategori Newcomer of The Year di Award of The Japanese Academy 2015 yang dianugerahkan pada Kasumi Arimura, pemeran Sayaka dan kategori Best Supporting Actress di Hochi Film Award 2015 yang dianugerahkan pada Yo Yoshida, pemeran Akari Kudo, ibu Sayaka.


Movie
Flying Colors /
Flying Colors: How a Teen Girl Went from Academic Absurdity to an Elite University in One Amazing Year
Japanese
Biri Gyaru (ビリギャル )
Produser
Jun Nasuda,
Junichi Shindo
Release
1 Mei 2015
Durasi
117 Menit
Genre
Based on True Story,
Teen, School, Family


PEMERAN
Kasumi Arimura berperan sebagai Sayaka Kudo, sang tokoh utama yang “bandel”

Atsushi Ito sebagai Yoshitaka Tsubota, tentor di Sehio Cram School

Yo Yoshida sebagai Akari Kudo, ibu Sayaka

Tetsushi Tanaka sebagai Toru Kudo, ayah Sayaka

Kokoro Okuda sebagai Mayumi Kudo, adik perempuan Sayaka 

Shuhei Nomura sebagao Reiji Mori, teman Cram School Sayaka

Yuhei Ouchida sebagai Ryuta Kudo, adik laki-laki Sayaka

Ken Yasuda sebagai Takashi Nishimura, guru sekolah Sayaka

Morio Agata sebagai Makoto Minegishi, pemilik Sehio Cram School

SINOPSIS
Flying Colors adalah film Jepang (based on true story) yang menceritakan kisah mengenai Sayaka Kudo, seorang siswi kelas 2 SMA yang cukup bandel, menyemir pirang rambutnya, dan menggunakan rok mini, bahkan ia pernah ketahuan gurunya membawa rokok di sekolah. 
Sayaka ketahuan membawa rokok ke sekolah

Awalnya, Sayaka merupakan anak baik-baik, tapi sayangnya ketika di masih kecil Sayaka sering di-bully dan tidak memiliki banyak teman yang akhirnya menyebabkan ia sering pindah sekolah. Akhirnya ibunya memindahkannya ke sekolah khusus putri yang ada jenjang hingga Universitasnya sehingga Sayaka bisa bersenang-senang dengan teman-temannya. 
Berfoto ria di photobox

Sayangnya, Sayaka terlalu bersenang-senang hingga nilai akademiknya sangat buruk bahkan setara dengan anak kelas 4 SD. Ibu Sayaka, Akari Kudo, merasa khawatir dengan masa depan anaknya dan menginginkan anaknya untuk masuk Sehio Cram School agar nilai anaknya bisa berangsur membaik. Tapi sayangnya Ayah Sayaka, Toru Kudo, tidak mau mengeluarkan uang sepersen pun untuk les Sayaka karena menganggap bahwa Sayaka dan ibunya hanya ditipu oleh lembaga tersebut. Ayahnya ini hanya mementingkan Ryuta, adik Sayaka, yang diharapkannya bisa menjadi pemain baseball profesional bahkan seluruh perhatian ayah Sayaka tercurah pada Ryuta seorang, padahal anaknya ada 3: Sayaka, Ryuta dan Mayumi. 

Untuk membuktikan bahwa Ayahnya salah, Sayaka berjuang keras untuk bisa masuk ke Keio University. Sebenarnya dengan nilai Sayaka yang hanya berkisar 30, sangat sulit bagi Sayaka untuk bisa masuk Keio University yang rata-rata minimal harus mendapat 70. Banyaknya halangan dan sikap diremehkan oleh sekitarnya akankah Sayaka mampu membuktikan bahwa ia bisa masuk Keio University?

REVIEW
Film Flying Colors ini sangat menginspirasi.

Sayaka belajar di sela-sela karaokean bersama temannya

Perjuangan Sayaka yang pantang menyerah untuk bisa masuk Keio Univeristy sungguh patut diacungi jempol. Ia belajar hingga larut malam dan pulang sekolah langsung les, bahkan dia masih sempat belajar di sela-sela karaoke bersama teman-temannya. “Just because you aren't naturally skilled at something, doesn't mean you shouldn't try. Always do your best.”

Dalam Film Flying Colors ini peran Yoshitaka Tsubota, tentor les Sayaka, juga turut berperan dalam perkembangan Sayaka. Sebagai guru/tentor, ia sungguh patut diacungi jempol. Mengapa? Karena dia masih mau mengajar dan mempercayai Sayaka bahwa Sayaka itu sebenarnya bisa. Bayangkan saja, awal-awal dia les saja, pakaiannya seperti Biri Girls, yaitu wanita yang memakai miniskirt dan menyemir rambutnya (rambut pirang). Biasanya orang-orang langsung berprasangka negatif “Pasti ini anak tidak bisa apa-apa” “Sampah masyarakat!” “Tidak berguna” dan lain sebagainya, tetapi lain halnya dengan Tsubota-sensei, ia tetap menghadapi Sayaka seperti anak-anak lainnya. Bahkan caranya mengajar sangat menyenangkan! Seperti teman sebaya dan tempat curhat yang menyenangkan!
Diskusi dengan Tsubota-sensei
"Terkadang yang kita butuhkan itu adalah dipercayai oleh orang lain bahwa kita sebenarnya bisa."

Permasalahan Sayaka tidak hanya tentang sekolahnya, tetapi juga tentang keluarganya. Ayahnya selalu mengharapkan Ryuta menjadi pemain baseball profesional bahkan terlalu “menuntut” Ryuta, hingga akhirnya Ryuta sendiri menjadi takut untuk bermain baseball. Takut gagal karena terlalu diharapkan. Takut dimarahi ayahnya jika tidak berhasil masuk turnamen.

Permasalahan keluarga yang semakin parah

Di adegan ini benar-benar menguras air mata, perjuangan ibu Sayaka mengurus ketiga buah hatinya yang dianggap angin lalu oleh ayah Sayaka. Dianggapnya ibu Sayaka hanya mengurus Sayaka dan Mayumi, tidak dengan Ryuta. Padahal ibunya-lah yang tahu bahwa Ryuta selalu terkena asma setiap kali akan bertanding sedangkan ayahnya tak tahu sama sekali. Ayahnya hanya terlalu berharap pada anaknya hingga anaknya menjadi terbebani.

Mungkin bagi yang sudah berkeluarga dan memiliki anak, dengan melihat film ini bisa menjadi lebih pengertian kepada anaknya. Jangan terlalu membebani anak dengan harapan yang terlalu besar hingga si anak sendiri takut untuk mengecekan orangtuanya dan akhirnya memilih melarikan diri. Jadinya nanti takut untuk gagal. Biarlah si anak mencari jalannya sendiri dan jangan memburunya (bahasa jawanya: nyusu-nyusu), cukup mendoakan dan mendampingi.
 
Sesi curhat Sayaka dan Ibunya
Sikap ibunya yang selalu positif dan menganggap Sayaka sebenarnya anak baik, sungguh mulia. Dia tidak malu ketika dipanggil berkali-kali oleh guru karena kelakuan Sayaka. Tetap berjuang demi keluarga, bekerja di malam hari untuk mencukupi uang les Sayaka. Tetap menjadi teman curhat dan ibu yang baik bagi keluarganya. Perjuangan ibu Sayaka ini juga membuat terharu.

Ketika Sayaka sudah mulai lelah dengan perjuangannya yang sepertinya sia-sia. Pagi siang sore malam, dirinya belajar dan dia hanya mendapatkan nilai E padahal waktu tes semakin dekat. Mana masalah Ryuta juga menambah beban Sayaka, dia semakin merasa tidak mampu karena sekelilingnya menganggapnya begitu. Ketika Sayaka mulai putus asa dan tidak mau melanjutkan usahanya, Tsubota-sensei menasehatinya “Because you don’t wanna be hurt anymore, that’s way you’re avoiding? If you aim to fail, you will be be getting lower and lower”. Kata-katanya itu bener banget sih dan ngena, sayangnya Sayaka sedang lelah-lelahnya.

Sayaka yang sedang putus asa, menghampiri ibunya yang masih bekerja hingga larut malam
Di film ini bukan melulu adegan sedih saja, ada adegan lucunya juga dimana ketika Hari-H ujian masuk Keio University, Sayaka malah sakit perut akibat meminum minuman pemberian Tsubota-sensei. 
Sayaka sakit perut ketika ujian

Kocak! Si pengawas sampai ikutan lari-lari mengejar Sayaka gara-gara Sayaka berlarian ke kamar mandi ataupun saat kembali ke ruang ujian. Mana Sayaka-nya bolak-balik ke kamar mandi lagi, ujiannya.... haduhhh

Yang jelas, film Flying Colors ini Worth It untuk dilihat! Kisahnya menginspirasi! Ada adegan sedihnya, senangnya, dan lucunya. Pokoknya lengkap! Untuk romance mungkin bisa dibilang sedikit karena film ini lebih condong ke arah genre family dan persahabatan.

Bonus Foto 
Sayaka dan Reiji 😊

Sayaka dan keluarganya

Yoshitaka Tsubota yang asli 😃

Nama asli Sayaka Kudo ternyata Sayaka Kobayashi 😯